PDA

View Full Version : KORUPSI seperti Hukum kekekalan Energi


jackmcduck
08-19-2006, 11:31 AM
"Uang Korupsi Itu Merusak Anak Saya"
Jamil Azzaini - Kubik Leadership



Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa korupsi di
Indonesia sudah terlalu besar dan diluar kontrol. Korupsi sudah
merasuki
semua sendi kehidupan dan telah terjadi baik di eksekutif, legislatif
maupun yudikatif. Pernyataan presiden yang disampaikan pada acara
Presidential Lecture di Istana Negara pada Rabu, 2 Agustus 2006, itu
mengisyaratkan bahwa pemberantasan korupsi di Indonesia masih jauh
dari harapan.

Kendati pelaku korupsi tampak tak terjamah, tapi yakinkah kita bahwa
mereka benar-benar lolos dari jerat hukum? Ngomong-ngomong soal
korupsi
saya ingin berbagi cerita.

Suatu hari, saya diundang untuk berbicara di depan staff dan pimpinan
sebuah perusahaan ternama. Pada kesempatan tersebut saya berbicara
tentang
"hukum kekekalan energi", yang intinya, menurut hukum kekekalan energi
dan
semua agama, apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna
kepada
kita di dunia. Dengan kata lain, apabila kita melakukan "energi
positif"
atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula.
Begitu
pula bila kita melakukan "energi negatif" atau keburukan maka kitapun
akan
mendapat balasan berupa keburukan pula.

Ketika sesi tanya jawab, salah seorang pimpinan di perusahaan itu
mengkritik pedas "hukum kekekalan energi". Walau saya sudah
menjelaskan
dengan beragam argumen ilmiah dan contoh-contoh dalam kehidupan nyata,
dia
tetap tidak yakin. Sampai kami berpisah, kami masih pada pendapat
masing-masing.

Tujuh bulan berlalu, pimpinan itu tiba-tiba menelpon saya. "Pak Jamil,
saya ingin bertemu anda," ujarnya singkat.

Karena penasaran, undangan dari beliau saya prioritaskan. Singkat
kata,
pada waktu dan tempat yang telah disepakati kami bertemu.

Rupanya beliau tiba lebih dulu di tempat kami janjian. Begitu saya
datang,
beliau segera menyambut dengan sebuah pelukan erat. Cukup lama beliau
memeluk saya. "Maafkan saya pak Jamil. Maafkan saya," ucapnya, sambil
terisak dan terus memeluk saya. Karena masih bingung dengan kejadian
ini
saya diam saja.

Setelah kami duduk, beliau membuka percakapan. "Saya sekarang yakin
dengan
apa yang pak Jamil dulu katakan. Kalau kita berbuat energi positif
maka
kita akan mendapat kebaikan dan bila kita berbuat energi negatif maka
pasti kita akan mendapat keburukan," ujarnya.

"Bagaimana ceritanya sekarang kok bapak jadi yakin?" tanya saya.

"Selama saya menjabat pimpinan di perusahaan itu, saya menerima uang
yang
bukan menjadi hak saya. Semuanya saya catat. Jumlahnya lima ratus dua
puluh enam juta rupiah," katanya.

Sembari menarik napas panjang beliau melanjutkan bercerita. Kali ini
tentang anaknya.

"Anak saya sekolah di Australia. Karena pengaruh pergaulan, dia
terkena
narkoba. Sudah saya obati dan sembuh. Ketika liburan, dia ke Amerika
dan
Kanada. Tidak disangka, disana dia bertemu dengan teman pengguna
narkobanya ketika di Australia. Anak saya sebenarnya menolak
menggunakan
lagi. Namun dia dipaksa dan akhirnya anak saya kambuh lagi, bahkan
makin
parah, pak." Selama bercerita, beliau tak henti mengusap pipinya yang
basah dengan air mata yang terus meleleh seperti tak mau berhenti.

"Pak Jamil tahu berapa biaya pengobatan narkoba dan penyakit anak
saya?"
Tanpa menunggu jawaban saya, lelaki separuh baya itu berkata lirih,
"Biayanya lima ratus dua puluh enam juta rupiah. Sama persis dengan
uang
kotor yang saya terima, pak!"

Beliau tertunduk dan menggeleng-gelengkan kepala disertai isak tangis
yang
makin keras. Dengan terbata lelaki itu berkata, "Uang korupsi itu
telah
merusak anak saya, pak. Saya menyesal. Saya bukan orang tua yang baik.
Saya telah merusak anak saya, pak!"

Saya peluk erat lelaki itu. Saya biarkan air matanya tumpah. Tangisnya
semakin keras....

Wahai saudara, haruskah menunggu anak kita menjadi pengguna narkoba
dan
sakit untuk berhenti korupsi?

Keterangan Penulis:
Jamil Azzaini adalah Senior Trainer dan penulis buku Best Seller KUBIK
LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup.

amkri
08-19-2006, 02:49 PM
terlepas cerita itu benar-benar terjadi atau tidak.............sy percaya sekali siapa yang menabung kebaikan akan mendapat kebaikan pula...sebaliknya yang menabung kejahatan akan menuai kejahatan........

jackmcduck
08-19-2006, 03:52 PM
sekilas klo jaman hindu dan pewayangan di sebut kharmaphala.
klo di kepercayaan saya di sebut hukum tabur tuai, siapa yang menabur benih kejahatan maka akan menuai kejahatan, siapa yang menabur benih kebaikan maka yang di tuai juga kebaikan.