Home News Articles Forum Member Profile Agent About Us Contact Us
 » Recent Photo Posts

Go Back   N1wanRed FORUMS > LAIN-LAIN > Be Bas
Register FAQ Members List Calendar Search Today's Posts Mark Forums Read

Be Bas Forum diskusi bebas topik apa saja (akan dibuat sub forum khusus jika aktif)

Reply
 
Thread Tools
Old 08-26-2008, 02:07 PM   #1
taras (6339)
NAC MEMBER
 
Join Date: Sep 2007
Location: jakarta
Posts: 5,890
Default Pasutri Bertengkar, Apa Penyebabnya?

Pasutri Bertengkar, Apa Penyebabnya?
Ada Delapan Pemicu Pertengkaran


Tak ada pasangan suami-istri (pasutri) yang bisa terhindar dari
pertengkaran kecuali mereka saling menutup diri atau mengambil jarak.
Pertengkaran adalah proses alamiah untuk belajar saling mengenal dan
menumbuhkan komunikasi yang lebih intensif. Oleh sebab itu, perlulah
para pasutri memahami hal-hal yang terkait dalam pertengkaran.

BIASANYA pertengkaran dipicu oleh hal-hal lain yang sebenarnya belum
tentu sebagai sumber permasalahan, maka tak jarang pertengkaran menjadi
melebar dan tak berujung pangkal. Berikut ini ada delapan pemicu yang
sering mendorong pecahnya pertengkaran. Dengan mengenali pemicunya,
para pasutri tidak terjebak di dalamnya, dan bisa menemukan apa sumber yang ebenarnya.

1. Keuangan
Masalah keuangan adalah bidang sensitif bagi timbulnya pertengkaran
karena ini menyangkut harga diri dan kepercayaan. Suami yang menanyakan
penggunaan uang kepada istrinya, atau sebaliknya, bisa ditafsirkan
sebagai bentuk ketidakpercayaan. Jika suami sebagai pihak pencari uang
dan istri pengurus rumahtangga, maka istri sangat peka terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut penggunaan uang. Suami pun merasa bahwa irinya yang "memiliki" uang dan berhak meminta pertanggungjawaban dari istrinya. Jika pasutri sama-sama sebagai pencari uang, pertanyaan yang menyangkut uang sering
ditafsirkan sebagai intervensi atau pelecehan jika yang satu merasa
kontribusinya lebih sedikit. Pertengkaran yang dipicu oleh masalah
keuangan bila dibiarkan berlarut-larut akan menggerogoti kualitas
hubungan karena persoalannya bukan pada uang semata, melainkan harga
diri dan kepercayaan yang terus-menerus dirongrong.

Solusinya, buatlah perencanaan anggaran bersama dan komunikasikan
setiap penggunaan, apalagi untuk hal-hal di luar perencanaan. Hindari
kata-kata yang bersifat melecehkan seperti "ngurus begini aja nggak
becus!" atau bernada tidak percaya "tanggal sekian sudah habis, untuk
apa saja?" atau berkesan arogan "memangnya penghasilanmu berapa?"
Keterbukaan adalah kunci keberhasilan dalam mengelola keuangan sebagai
kekuatan dalam perkawinan, bukan sebalikya.

2. Keluarga
Keluarga dibangun oleh pasutri, tak boleh siapa pun intervensi terlalu
jauh. Mereka yang sudah berani mengambil keputusan untuk menikah
berarti sudah memiliki kedewasaan dan kemandirian secara emosional,
termasuk keterikatan dengan orangtuanya. Kalau dua hal tersebut
dilanggar tentu akan menimbulkan gangguan dalam relasi, bahkan terhadap
pertumbuhan perkawinan mereka. Persoalannya, orang tak bisa dan tak
berhak mengubah sikap dan perilaku orangtua/mertua, namun yang bisa
dilakukan adalah mengubah diri sendiri dan membuat komitmen bersama dengan pasangan.

Menjalin hubungan baik dengan orangtua atau kerabat yang lain tidak
harus dengan mengorbankan kemandirian dan kemerdekaan keluarga sendiri.
Prioritas tetap pada kepentingan relasi dengan pasangan, karena itu
keterlibatan pasangan sangat diperlukan. Misalnya Anda mau membantu
orangtua atau saudara, keputusan harus diambil bersama pasangan.
Kuncinya tetap ada di tangan pasutri itu sendiri karena perkawinan yang
mereka bangun adalah tanggungjawab berdua saja dan menuntut komitmen serta prioritas darinya.

3. Orang Ketiga
Wajar saja jika Anda tetap menjalin hubungan dengan orang lain kendati
sudah menikah. Hal ini akan menjadi "tak wajar" jika hubungan itu mulai
mengganggu relasi Anda dengan pasangan. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan yakni (1) barangkali hubungan Anda memang tidak
proporsional sebagai orang yang sudah berpasangan, indikasinya Anda
memiliki keterikatan emosional dengan orang tersebut, dan (2) pasangan Anda terlalu posesif dan cemburu.
Apa pun alasannya, relasi tidak boleh dikorbankan karena hadirnya orang
ketiga. Membangun komunikasi dari hati ke hati adalah cara terbaik
untuk menyelesaikan konflik yang timbul akibat hadirnya orang ketiga,
dan ketulusan hati untuk mempertahankan serta menumbuhkan relasi dengan pasangan.

Kendati pasangan tidak akan pernah mampu memenuhi semua kebutuhan
emosional Anda, bukan alasan Anda lari mencari orang ketiga.
Kekecewaan-kekecewaan dalam perkawinan adalah wajar karena pasangan
bukan manusia sempurna yang akan mampu terus menyenangkan hati Anda.
Pun Anda tak mungkin mampu memenuhi segala kebutuhan pasangan, sehebat
apa pun Anda. Komitmen untuk setia akan memiliki makna bukan pada
saat-saat kebutuhan Anda terpenuhi, justru pada saat-saat Anda merasa
dikecewakan komitmen itu diuji. Hadirnya orang ketiga akan menjadi
ancaman serius bagi perkawinan. Belajarlah untuk mempercayai pasangan dan percaya pada diri sendiri.

4. Pekerjaan
Pekerjaan atau karir biasanya menyita waktu Anda. Sangat mudah mencari
pembenaran demi pekerjaan lalu Anda mengabaikan pasangan. Setiap
hubungan antar-insan membutuhkan waktu, apalagi hubungan pasutri.
Pertengkaran yang dipicu masalah pekerjaan biasanya bersumber dari
kurangnya waktu yang Anda berikan untuk pasangan, khususnya kehadiran
Anda. Bisa juga ketika Anda sudah di rumah pun masih membawa pekerjaan.
Ingatlah bahwa relasi Anda pun butuh waktu, memprioritaskan relasi berarti memberi waktu untuknya.

Sebesar apa pun pengorbanan yang Anda berikan, pekerjaan hanya akan
membalas berupa imbalan materi selama Anda masih bekerja untuk itu.
Misalnya, sekarang Anda memiliki posisi top dalam perusahaan setelah
seluruh hidup Anda korbankan. Lantas, seandainya Anda tiba-tiba
meninggal, siapa yang paling kehilangan, perusahaan atau pasangan Anda?
Tanpa Anda, perusahaan tetap jalan. Namun, bagaimana dengan pasangan?
Tanpa Anda, jalan hidup pasangan dan anak Anda akan berubah entah bagaimana jadinya.
Pekerjaan adalah sarana untuk aktualisasi diri sekaligus penopang
hidup, bukan sebagai tujuan hidup Anda. Alokasikanlah waktu untuk
menumbuhkan relasi dengan pasangan.

5. Anak-anak
Setiap pasutri mendambakan hadirnya anak sebagai buah cinta mereka,
namun anak juga membawa konsekuensi, yakni Anda harus berbagi waktu dan
perhatian. Mengasuh dan mendidik anak bukan perkara mudah yang bisa
diwakilkan ke orang lain. Belum lagi kalau Anda dan pasangan memiliki
cara yang berbeda dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Persoalan akan
makin bertambah jika anak juga mengalami masalah dalam pergaulan atau di sekolah.
Kondisi semacam ini berpeluang menggangu relasi Anda dengan pasangan,
yang paling lumrah adalah saling menyalahkan dan lempar tanggungjawab.

Anak adalah titipan Tuhan, artinya suatu kehormatan dan kepercayaan
besar bagi pasutri karena Tuhan sendiri berkenan melibatkan pasutri
dalam karya ciptaanNya. Anak yang Anda asuh adalah anak Tuhan sendiri.
Anda harus mempertanggungjawabkan tugas terhormat ini dengan memberi
komitmen total untuk anak. Menciptakan ruang yang kondusif bagi
tumbuhkembang anak secara optimal, Anda dan pasangan harus menjadi
"air" agar "ikan-ikan" bisa hidup dan bergerak leluasa di dalamnya.
Pasutri dituntut berani mengorbankan egoisme dan belajar memberikan
diri secara tulus dan menerima apa adanya anak. Jika Anda belum siap
untuk belajar mengikis egoisme dan masih menggebu mencari kepuasan
diri, lebih baik jangan punya anak. Anak adalah kesempatan yang
diberikan Tuhan agar Anda tumbuh menjadi manusia yang makin sempurna -- mampu mengorbankan diri untuk kepentingan orang lain.

6. Seks
Persepsi keliru yang terbangun selama ini adalah perkawinan itu dibuat
demi seks. Dalam pandangan ini, seakan-akan seks menjadi tujuan utama
perkawinan. Dalam kenyataannya, seks justru sering jadi pemicu konflik.
Ketidakpuasan salah satu pihak yang tak terkomunikasikan akan
menimbulkan hambatan dalam relasi.

Realitas seksual antara pria dan wanita yang berbeda ikut menambah
persoalan. Pria cenderung ingin mendapat pemuasan secara fisik sebagai
jalan pelepasan ketegangan, sementara wanita lebih membutuhkan
kemesraan yang ditimbulkan melalui relasi yang hangat untuk bisa
membangkitkan gairah seksualnya. Pria yang dikecewakan secara seksual
akan mudah tersinggung dan marah, lalu mencari pemuasan di luar.
Sementara wanita yang tak dimengerti perasaannya juga sulit untuk
memberikan diri secara tulus, lalu bersikap "dingin". Dalam kondisi
ini, seks bukan lagi sesuatu yang menyatukan, melainkan menjadi sumber persoalan.

Seks ada dalam kerangka penyatuan dua pribadi secara fisik maupun
emosional. Seks harus dipahami dan dihayati sebagai sarana komunikasi
untuk menyegarkan relasi dan menumbuhkan diri sebagai manusia.
Kesediaan yang tulus untuk membahagiakan pasangan, kesabaran untuk
tidak memaksakan kehendak dan egoisme, dan pengendalian diri untuk
menghormati kebebasan pasangan merupakan beberapa nilai yang bisa
ditumbuhkan melalui hubungan seksual. Seks adalah kesempatan untuk
saling menyerahkan diri secara bebas, tanpa ada yang merasa terpaksa
atau merasa "wajib". Seks adalah kesempatan untuk memahami kebutuhan
pasangan dan dengan rela memenuhinya karena didorong rasa cinta dan hasrat untuk membahagiakan.

7. Kebiasaan
Setiap individu dibesarkan oleh lingkungannya, khususnya keluarga,
sehingga membawa kebiasaan-kebiasaan tertentu yang berbeda satu dengan
lainnya. Anda dan pasangan dibesarkan dalam keluarga berbeda yang
mewariskan kebiasaan yang beda pula. Ada orang yang dibiasakan hidup rapi, tertib,
dan disiplin.
Tetapi ada juga orang yang terbiasa dengan hidup serampangan, bangun
tidur sesuka hati, menaruh apa saja asal-asalan. Orang yang terbiasa
tertib akan senewen melihat pasangannya yang ceroboh, sebaliknya si
ceroboh pun menjadi tidak nyaman dan menganggap pasangannya terlalu
mengatur. Ketegangan pun tak terhindarkan. Meributkan terus-menerus
kebiasaan pasangan hanya merusak hubungan.

Dalam menghadapi kebiasaan seseorang, tak ada jalan lain kecuali
menerima apa adanya sejauh kebiasaan itu tidak merugikan atau tidak
melanggar hukum dan norma moral. Biarlah pasangan menikmati menjadi
dirinya sendiri, dan merasa nyaman berada di dekat Anda. Jika Anda
merasa terganggu oleh kebiasaan pasangan lalu berusaha mengubah atau
menuntut untuk berubah, sebenarnya Andalah yang egois. Biarlah pasangan
terdorong untuk mengubah kebiasaannya karena motivasi ingin membahagiakan Anda.

8. Kegemaran
Hobi atau kegemaran sering berbeda satu sama lain. Ada orang yang gila
sepak bola, bermain musik, atau memelihara hewan tertentu. Membenci dan
memusuhi kegemaran pasangan hanya akan menimbulkan ketegangan. Orang
yang memiliki kegemaran tertentu mendapat kepuasan batin melaluinya,
yang seringkali tak bisa digantikan oleh siapa pun atau apa pun. Anda
pun tak bisa menggantikan kepuasan semacam itu. Sejauh masih dalam
batas wajar dan tidak mengganggu, biarlah pasangan punya kesempatan
berkutat dengan kegemarannya. Tak perlu Anda cemburu dan menuduh bahwa
pasangan lebih mementingkan kegemarannya daripada diri Anda. Justru
setelah pasangan merasa terpuaskan batinnya melalui kegemarannya, ia
akan mengalirkan keramahan dan kehangatan di sekitarnya, termasuk untuk Anda.

Anda bukan manusia sempurna yang mampu memenuhi segala kebutuhan
pasangan, yang tak pernah mengecewakan atau tanpa ada bagian yang
"kurang" di mata pasangan. Biarlah pasangan mengisi bagian yang Anda
tidak mampu mengisi melalui kegemarannya. Tentu pasangan juga harus
sadar bahwa prioritas bukan pada kegemaran, melainkan relasi dengan
Anda. Lebih baik lagi, jika kegemaran bisa menjadi sarana untuk saling
menghadirkan diri. Berusaha menyukai kegemaran pasangan adalah langkah
bijak untuk mengubah diri sendiri daripada berusaha mengubah orang lain.
taras is offline   Reply With Quote
Reply


Currently Active Users Viewing This Thread: 1 (0 members and 1 guests)
 
Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

vB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off
Forum Jump


All times are GMT +7. The time now is 05:02 PM.


Powered by vBulletin® Version 3.6.5
Copyright ©2000 - 2024, Jelsoft Enterprises Ltd.
N1wanRed.com
Red2Black Style By: Chefhost.com