Hoby Arwana di Kritik - Page 5

adipurwanto · 03-13-2007, 11:26 AM

Quote:

Originally Posted by Gaga

So...kapan elu mau lepasin arowana elu ke habitatnya?

Gw udah nanya ke aronya bos, die bilang habitat yg mana? Dari dulu juga di aquarium

kalesa · 03-13-2007, 11:28 AM

Quote:

Originally Posted by adipurwanto

Gw udah nanya ke aronya bos, die bilang habitat yg mana? Dari dulu juga di aquarium

dari keluar mulut sang ayah emang udah ada di ruang kaca...

andhara · 03-13-2007, 11:34 AM

Quote:

Originally Posted by adipurwanto

Gw udah nanya ke aronya bos, die bilang habitat yg mana? Dari dulu juga di aquarium

Bos, Habitat yang di Pamulang gak cuma Akuarium kan..

kalesa · 03-13-2007, 11:35 AM

Quote:

Originally Posted by adipurwanto

Gw udah nanya ke aronya bos, die bilang habitat yg mana? Dari dulu juga di aquarium

dari keluar mulut sang ayah emang udah ada di ruang kaca...

rudinugraha · 03-13-2007, 12:34 PM

Quote:

Originally Posted by kalesa

dari keluar mulut sang ayah emang udah ada di ruang kaca...

Taq nomor berapa nih...?

Hua...ha...ha..ha..ha...!!!!!! !!!!

agustrn · 03-13-2007, 01:06 PM

Quote:

Originally Posted by adipurwanto

Gw udah nanya ke aronya bos, die bilang habitat yg mana? Dari dulu juga di aquarium

emang paling bisa luh ngelesnya, kalo elu bisa tanya ke aro elu mendingan elu ikut gue bos deket ktr gue ada yg bisa sembuhin tuh penyakit elu nanti gue anter deh kesana

DYO · 03-13-2007, 01:15 PM

Quote:

Originally Posted by agustrn

emang paling bisa luh ngelesnya, kalo elu bisa tanya ke aro elu mendingan elu ikut gue bos deket ktr gue ada yg bisa sembuhin tuh penyakit elu nanti gue anter deh kesana

Bos ... kalo pas ... nganterin ... titip dong bos ... ke makaliwe ... lampu OF ...

...

agustrn · 03-13-2007, 02:04 PM

Quote:

Originally Posted by DYO

Bos ... kalo pas ... nganterin ... titip dong bos ... ke makaliwe ... lampu OF ...

...

huahuahua.....hua hua hua ini lagi satu ada aja pikirannya sampe kesana bos

DYO · 03-13-2007, 05:27 PM

Quote:

Originally Posted by agustrn

huahuahua.....hua hua hua ini lagi satu ada aja pikirannya sampe kesana bos

Intermezzo ... bos ... he ... he ...he ... avatar barunya ...

...

archangel · 03-13-2007, 06:01 PM

menurut gw mah ga masalah yang penting pemeliharaannya di jaga yang terbaik, trus beli ikannya jg yang legal, hehehe.

______________________________ _______________
http://www.senswell.com
http://www.itvisione.com

azura · 03-13-2007, 06:22 PM

pendapat orang2 memang berbeda2 .... spt gw dulu kecil gak doyan pelihara ikan ... "apa sih enaknya piara ikan cuma bisa dilihat, gak bisa dielus dll, mendingan piara anjing ato kucing ... bisa diajak main2 dll" tp toh begitu kena racun aro semua lgsg berubah 180 derajat.

andhara · 03-13-2007, 08:40 PM

Quote:

Originally Posted by azura

pendapat orang2 memang berbeda2 .... spt gw dulu kecil gak doyan pelihara ikan ... "apa sih enaknya piara ikan cuma bisa dilihat, gak bisa dielus dll, mendingan piara anjing ato kucing ... bisa diajak main2 dll" tp toh begitu kena racun aro semua lgsg berubah 180 derajat.

Hal itu sih biasalah...ibarat kalo belum kepatil, belum terasa...kalo dulu orang bilang ngapain piara anjing, bikin kotor dan bau. Pas punya anjing, langsung sayangnya minta ampun..betul gak?

husein · 03-14-2007, 06:14 AM

Awalnya arwana dijadikan lauk pauk makanan penduduk, lama2 juga bisa punah. Jauh lebih baik dikomersilkan ditangkarkan, sehingga kelestariannya terjaga

archangel · 03-14-2007, 10:16 AM

Quote:

Originally Posted by husein

Awalnya arwana dijadikan lauk pauk makanan penduduk, lama2 juga bisa punah. Jauh lebih baik dikomersilkan ditangkarkan, sehingga kelestariannya terjaga

setuju.....

______________________
http://www.senswell.com
http://www.itvisione.com

dhlee · 03-14-2007, 01:33 PM

ada balasan tuh dari penulisnya.. kayanya keras juga orangnya ya. bacanya juga rada kesel sih.. hehehe

dari egidius dikolom kompas..

Saya keluar kota beberapa hari terakhir dan tidak sempat berhubungan dengan internet. Ternyata ada yang keberatan dengan apa yang saya tulis, terutama mengenai persoalan etika lingkungan yang saya ajukan di awal dan akhir tulisan. Wah, seru ya. Diskusinya hangat. Terimakasih atas perhatian Anda semua atas artikel ini.
Dalam artikel ini, lebih dari sekadar soal Arwana, saya mengangkat persoalan etis (etika lingkungan). Soalnya bukan apakah Anda mengerti (pelihara) arwana dan saya tidak, apalagi cuma mempersoalkan siapa sih yang mengajukan kecaman. Inti masalahnya adalah ada persoalan etis (etika lingkungan) serius dalam praktek penangkaran satwa liar yang motif utamanya hanya untuk hoby dan komersial. Ikan arwana, habitat aslinya bukan di akuarium atau penangkaran tetapi di sungai-sungai di pedalaman Kalimatan, Sumatra dan Papua. Binatang juga berperasaan (bisa merasakan sakit dan stres). Manusia punya kewajiban moral untuk tidak menimbulkan penderitaan yang tidak perlu terhadap binatang sebagaimana juga terhadap sesamanya (manusia tidak boleh jahat terhadap sesama bukan?).
Tapi, kalau tujuannya untuk pelestarian seperti yang dilakukan terhadap penyu langka di Bali, tentu saja harus didukung. Penyu-penyu itu dikembangbiakan dan pada saatnya dilepas lagi ke alam bebas.
Satu hal lagi, ada orang yang mengambil atau memelihara ikan dalam akuarium atau binatang apalah yang tadinya hidup di alam liar atau bebas lalu orang-orang itu menyebut diri mereka sebagai penyayang atau pencinta bintang. Benarkah? Menurut saya itu klaim yang menyesatkan. Orang-orang seperti itu bukan penyayang binatang tetapi penyayang dirinya sendiri. Kalau betul sayang atau cinta binatang, biarkanlah binatang itu hidup di habitat aslinya, jangan mempersempit ruang geraknya dalam akuarium atau merubah karakter liarnya yang semula suka memburu makanan/ mangsa dengan memberinya makan secara terjadwal.
Selanjtunya, menurut saya, pertanyaan yang harus diajukan adalah mengapa arwana merah (Super red)di perairan Kalimantan, arwana emas (Red Tail Golden) di perairan Sumatera menjadi sulit ditemukan lagi di habitat aslinya sekarang ini. Apakah bukan karena adanya penangkapan secara besara-besaran untuk tujuan komersial? Bahwa banyak orang masih bisa menikmati keindahan arwana di akuarium sementara di habitat aslinya punah, itu juga soal. Arwana yang tadinya bisa dinikmati keindahannya oleh siapa saja di pedalaman Kalimantan misalnya, sekarang menjadi binatang yang terkungkung dalam akuriaum dan hanya dinikmati oleh orang dalam jumlah terbatas.
Pendekatanya semestinya holistik, tidak semata-mata dari sudut pandang manusia. Kalau sudut pandangnya parsial, sepenggal-penggal saja, kerusakan lingkungan kian parah. Banjir dan longsor di mana-mana, banyak spesies juga akan punah.

03-13-2007, 06:01 PM	#70
archangel (7) Join Date: Mar 2007 Location: Jakarta Posts: 7	Re: Hoby Arwana di Kritik menurut gw mah ga masalah yang penting pemeliharaannya di jaga yang terbaik, trus beli ikannya jg yang legal, hehehe. ______________________________ _______________ http://www.senswell.com http://www.itvisione.com

03-13-2007, 06:22 PM	#71
azura (5280) NAC 029 Join Date: Sep 2004 Location: KGP Posts: 4,230	Re: Hoby Arwana di Kritik pendapat orang2 memang berbeda2 .... spt gw dulu kecil gak doyan pelihara ikan ... "apa sih enaknya piara ikan cuma bisa dilihat, gak bisa dielus dll, mendingan piara anjing ato kucing ... bisa diajak main2 dll" tp toh begitu kena racun aro semua lgsg berubah 180 derajat. __________________

03-14-2007, 06:14 AM	#73
husein (269) NAC 052 Join Date: Aug 2005 Location: Jakarta Posts: 202	Re: Hoby Arwana di Kritik Awalnya arwana dijadikan lauk pauk makanan penduduk, lama2 juga bisa punah. Jauh lebih baik dikomersilkan ditangkarkan, sehingga kelestariannya terjaga

03-14-2007, 01:33 PM	#75
dhlee (6396) NAC 125 Join Date: Oct 2006 Location: east taiwan Posts: 5,179	Re: Hoby Arwana di Kritik ada balasan tuh dari penulisnya.. kayanya keras juga orangnya ya. bacanya juga rada kesel sih.. hehehe dari egidius dikolom kompas.. Saya keluar kota beberapa hari terakhir dan tidak sempat berhubungan dengan internet. Ternyata ada yang keberatan dengan apa yang saya tulis, terutama mengenai persoalan etika lingkungan yang saya ajukan di awal dan akhir tulisan. Wah, seru ya. Diskusinya hangat. Terimakasih atas perhatian Anda semua atas artikel ini. Dalam artikel ini, lebih dari sekadar soal Arwana, saya mengangkat persoalan etis (etika lingkungan). Soalnya bukan apakah Anda mengerti (pelihara) arwana dan saya tidak, apalagi cuma mempersoalkan siapa sih yang mengajukan kecaman. Inti masalahnya adalah ada persoalan etis (etika lingkungan) serius dalam praktek penangkaran satwa liar yang motif utamanya hanya untuk hoby dan komersial. Ikan arwana, habitat aslinya bukan di akuarium atau penangkaran tetapi di sungai-sungai di pedalaman Kalimatan, Sumatra dan Papua. Binatang juga berperasaan (bisa merasakan sakit dan stres). Manusia punya kewajiban moral untuk tidak menimbulkan penderitaan yang tidak perlu terhadap binatang sebagaimana juga terhadap sesamanya (manusia tidak boleh jahat terhadap sesama bukan?). Tapi, kalau tujuannya untuk pelestarian seperti yang dilakukan terhadap penyu langka di Bali, tentu saja harus didukung. Penyu-penyu itu dikembangbiakan dan pada saatnya dilepas lagi ke alam bebas. Satu hal lagi, ada orang yang mengambil atau memelihara ikan dalam akuarium atau binatang apalah yang tadinya hidup di alam liar atau bebas lalu orang-orang itu menyebut diri mereka sebagai penyayang atau pencinta bintang. Benarkah? Menurut saya itu klaim yang menyesatkan. Orang-orang seperti itu bukan penyayang binatang tetapi penyayang dirinya sendiri. Kalau betul sayang atau cinta binatang, biarkanlah binatang itu hidup di habitat aslinya, jangan mempersempit ruang geraknya dalam akuarium atau merubah karakter liarnya yang semula suka memburu makanan/ mangsa dengan memberinya makan secara terjadwal. Selanjtunya, menurut saya, pertanyaan yang harus diajukan adalah mengapa arwana merah (Super red)di perairan Kalimantan, arwana emas (Red Tail Golden) di perairan Sumatera menjadi sulit ditemukan lagi di habitat aslinya sekarang ini. Apakah bukan karena adanya penangkapan secara besara-besaran untuk tujuan komersial? Bahwa banyak orang masih bisa menikmati keindahan arwana di akuarium sementara di habitat aslinya punah, itu juga soal. Arwana yang tadinya bisa dinikmati keindahannya oleh siapa saja di pedalaman Kalimantan misalnya, sekarang menjadi binatang yang terkungkung dalam akuriaum dan hanya dinikmati oleh orang dalam jumlah terbatas. Pendekatanya semestinya holistik, tidak semata-mata dari sudut pandang manusia. Kalau sudut pandangnya parsial, sepenggal-penggal saja, kerusakan lingkungan kian parah. Banjir dan longsor di mana-mana, banyak spesies juga akan punah.

Currently Active Users Viewing This Thread: 1 (0 members and 1 guests)