Home News Articles Forum Member Profile Agent About Us Contact Us
 » Recent Photo Posts

Go Back   N1wanRed FORUMS > ARWANA Forum > General Arwana Forum
Register FAQ Members List Calendar Search Today's Posts Mark Forums Read

General Arwana Forum Diskusi masalah-masalah arwana pada umumnya

Reply
 
Thread Tools
Old 03-14-2007, 01:45 PM   #76
jadoel (328)
NAC 087
 
jadoel's Avatar
 
Join Date: Jan 2006
Location: Jakarta
Posts: 234
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Baaaah, kalo yg nulis masih makan daging, ikan, sapi, kambing, ayam etc. Gw bilang tulisannya munafiiiik, sok pencinta alaaam
jadoel is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 02:05 PM   #77
dhlee (6396)
NAC 125
 
Join Date: Oct 2006
Location: east taiwan
Posts: 5,179
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

bro jadoel: betul.. rada keki juga ama penulisnya nih, gemblung juga.. apakah dia nda pernah makan yg namanya ikan tongkol, baronang, gurame, teri?? apakah yg begitu juga pelestarian alam? untuk dimakan? coba ambil contoh lele dibuat pecel lele.. hewan air itu juga harusnya di habitat aslinya kenapa juga dimakan? hehe binggung juga ama penulis kompas tsb.
dhlee is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 02:06 PM   #78
HerOei (534)
NAC 137
 
HerOei's Avatar
 
Join Date: Apr 2006
Location: Serpong, Banten
Posts: 213
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Quote:
Originally Posted by dhlee View Post
ada balasan tuh dari penulisnya.. kayanya keras juga orangnya ya. bacanya juga rada kesel sih.. hehehe

dari egidius dikolom kompas..

Saya keluar kota beberapa hari terakhir dan tidak sempat berhubungan dengan internet. Ternyata ada yang keberatan dengan apa yang saya tulis, terutama mengenai persoalan etika lingkungan yang saya ajukan di awal dan akhir tulisan. Wah, seru ya. Diskusinya hangat. Terimakasih atas perhatian Anda semua atas artikel ini.
Dalam artikel ini, lebih dari sekadar soal Arwana, saya mengangkat persoalan etis (etika lingkungan). Soalnya bukan apakah Anda mengerti (pelihara) arwana dan saya tidak, apalagi cuma mempersoalkan siapa sih yang mengajukan kecaman. Inti masalahnya adalah ada persoalan etis (etika lingkungan) serius dalam praktek penangkaran satwa liar yang motif utamanya hanya untuk hoby dan komersial. Ikan arwana, habitat aslinya bukan di akuarium atau penangkaran tetapi di sungai-sungai di pedalaman Kalimatan, Sumatra dan Papua. Binatang juga berperasaan (bisa merasakan sakit dan stres). Manusia punya kewajiban moral untuk tidak menimbulkan penderitaan yang tidak perlu terhadap binatang sebagaimana juga terhadap sesamanya (manusia tidak boleh jahat terhadap sesama bukan?).
Tapi, kalau tujuannya untuk pelestarian seperti yang dilakukan terhadap penyu langka di Bali, tentu saja harus didukung. Penyu-penyu itu dikembangbiakan dan pada saatnya dilepas lagi ke alam bebas.
Satu hal lagi, ada orang yang mengambil atau memelihara ikan dalam akuarium atau binatang apalah yang tadinya hidup di alam liar atau bebas lalu orang-orang itu menyebut diri mereka sebagai penyayang atau pencinta bintang. Benarkah? Menurut saya itu klaim yang menyesatkan. Orang-orang seperti itu bukan penyayang binatang tetapi penyayang dirinya sendiri. Kalau betul sayang atau cinta binatang, biarkanlah binatang itu hidup di habitat aslinya, jangan mempersempit ruang geraknya dalam akuarium atau merubah karakter liarnya yang semula suka memburu makanan/ mangsa dengan memberinya makan secara terjadwal.
Selanjtunya, menurut saya, pertanyaan yang harus diajukan adalah mengapa arwana merah (Super red)di perairan Kalimantan, arwana emas (Red Tail Golden) di perairan Sumatera menjadi sulit ditemukan lagi di habitat aslinya sekarang ini. Apakah bukan karena adanya penangkapan secara besara-besaran untuk tujuan komersial? Bahwa banyak orang masih bisa menikmati keindahan arwana di akuarium sementara di habitat aslinya punah, itu juga soal. Arwana yang tadinya bisa dinikmati keindahannya oleh siapa saja di pedalaman Kalimantan misalnya, sekarang menjadi binatang yang terkungkung dalam akuriaum dan hanya dinikmati oleh orang dalam jumlah terbatas.
Pendekatanya semestinya holistik, tidak semata-mata dari sudut pandang manusia. Kalau sudut pandangnya parsial, sepenggal-penggal saja, kerusakan lingkungan kian parah. Banjir dan longsor di mana-mana, banyak spesies juga akan punah.
Ha...ha...ha..., orang ini sungguh luar biasa!
Penulis seperti ini PATUT DILESTARIKAN... Green Peace!!!
HerOei is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 02:11 PM   #79
rudinugraha (1532)
NAC 033
 
rudinugraha's Avatar
 
Join Date: Aug 2005
Location: Jakarta
Posts: 1,194
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Setelah saya mencoba utk memahami apa yang dimaksudkan oleh penulis, memang ada benarnya juga kalo ditekankan ke masalah etis mah...., semua mahluk hidup di dunia ini mempunyai habitatnya masing2, nah.., habitat arowana memang aslinya di alam bebas tapi, mohon utk dapat diingat dan dipahami, ada permasalahan lain diluar permasalahan etis apa nggak etisnya.

Permasalahan lain itu adalah Populasi Arwana itu sendiri, walau terlihat dengan kasat mata kurang etis,tapi realita/kenyataan yang terjadi sekarang ini justru kalo manusia tidak berusaha untuk menangkarkannya saya berani bilang satwa yang sudah dikategorikan langka ini akan benar-benar punah, banyak sekali faktor "X" yang dapat menyebabkan kepunahan satwa langka ini. Kita akui Faktor "X" ini memang lebih didominasi oleh ulah manusia itu sendiri, seperti perambahan hutan, polusi akibat pertambangan, digunakan sbg bahan konsumsi, dsb.

Pendapat pribadi saya kalo hal ini diperdebatkan terus sepertinya akan menjadi "Debat Kusir", Para Hobbiest saya anggap wajar kalo merasa tersinggung bila dibilang sebagai penyiksa hewan langka ini, karena pada kenyataannya mereka justru sangat menyayangi hewan peliharaannya ini, bahkan ada yang menganggap bahwa Arowana itu adalah "Kekasih Kedua" setelah pasangan hidup yang sebenarnya. boleh dibilang kalo sakit sedikit aja arowananya.., rasa khawatirnya itu melebihi rasa khawatir kalo anak sendiri sakit batuk, pilek dsb. betul tidak...?

Sebagai bahan masukan tambahan, saat ini sudah banyak sekali Arowana yang mau breeding di dalam Palud / Aquarium, apalagi yang di kolam penangkaran, itu khan artinya (menurut pemahaman saya) mereka tidak merasakan stress, mereka masih bisa birahi didalam sana. Ingat jangankan ikan atau manusia, mahluk hidup apa di sejagat raya ini yang lagi stress berat bisa birahi..? betul tidak..??

Saya pikir hal ini lebih baik dijadikan sarana bagi2 informasi dan pendapat/pandangan pribadi saja, moga2 saja dapat berguna untuk semua pihak, karena kalo kita malah memperdebatkannya akan percuma saja, ujung2nya hanya menjadi suatu "DEBAT KUSIR".

Sekian pendapat saya, mungkin ada tambahan dari rekan2 yang lainnya..?
__________________
Regards,
Rudi Nugraha
rudinugraha is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 02:12 PM   #80
rudinugraha (1532)
NAC 033
 
rudinugraha's Avatar
 
Join Date: Aug 2005
Location: Jakarta
Posts: 1,194
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Jayalah Terus Arowana Indonesia...!!!!

(Hi..hi..hi.., Sorry Dua kali ke submit Jadi aja di edit dan ganti tulisan....!!!)
__________________
Regards,
Rudi Nugraha
rudinugraha is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 02:19 PM   #81
dhlee (6396)
NAC 125
 
Join Date: Oct 2006
Location: east taiwan
Posts: 5,179
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Pak rudi: memang benar apa yg dia bilang tapi apa dia nda berpikir sedalam2nya sebagai penulis untuk mewujudkan habitat asli arowana. apa dia sendiri tidak pernah menyicipi daging2 hewan? munafik kalo nda pernah kecuali dia vegetarian hehe.
dhlee is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 02:36 PM   #82
rudinugraha (1532)
NAC 033
 
rudinugraha's Avatar
 
Join Date: Aug 2005
Location: Jakarta
Posts: 1,194
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Hah..!!

Betul Juga Bro Dhlee..., JADI ENAKNYA KITA APAIN NIH PENULIS...!!!
(Saya jadi ikutan nafsu nih....!!!)


HUA..HA...HA...HA...!!! Boong deng...,Becanda doang ah....!!

Khan sudah saya bilang permasalahan ini kita jadikan sebagai ajang / sarana bagi2 informasi dan pendapat/pandangan pribadi saja. Terserah penulis mau berpandangan apa, toh kita juga punya pandangan yang lainnya.
__________________
Regards,
Rudi Nugraha
rudinugraha is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 03:07 PM   #83
Gaga (2719)
NAC 005
 
Gaga's Avatar
 
Join Date: Dec 2004
Location: Jakarta
Posts: 1,979
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Sepertinya penulis yakin banget kalau jarangnya Super Red RTG di Kalimantan dan Sumatera semata-mata disebabkan oleh perburuan indukan untuk kepentingan peternakan.

Bagaimana menurut dia dengan makin jarangnya ikan bilis di danau singkarak? Bagaimana dengan makin jarangnya ikan baung dan ikan garing di sungai batanghari? Bagaimana dengan makin jarangnya ikan pesut di mahakam? Apakah juga karena adanya perburuan indukan untuk kebutuhan penangkaran?

Menurut saya makin jarangnya Super Red dan RTG bukan semata-mata karena adanya perburuan indukan. Dari berbagai referensi yg ada kita bisa tahu bahwa dalam kurun waktu 15 tahun terakhir sudah tidak pernah lagi terlihat indukan dihabitat aslinya. Rusaknya habitat asli mereka justru jadi penyebab utama makin jarangnya populasi ikan ini. Kanan kiri sungai sudah jadi kampung, hulu sungai sudah jadi tambang minyak, emas dan batubara. Selain itu, berbeda dgn Lou Han yg sekali bertelur jumlahnya bisa ribuan, maka telur arowana jumlahnya hanya puluhan saja.

Karena kondisi-kondisi inilah, maka "perbanyakan" Super red dan RTG dipindahkan dari habitat aslinya ke penangkaran-penangkaran. TIdak sembarang farm ikan hias bisa dan boleh menangkarkan arowana, dibutuhkan izin khusus dari lembaga dalam dan luar negeri. Tiap kali mereka berhasil menetaskan arowana, sebagian anakan wajib dikembalikan ke habitatnya. Sedangkan sisanya dapat diuangkan untuk membiayai ongkos perternakan yg angka tidak kecil.

Sebetulnya tidak sembarangan toko ikan hias bisa menjual Super red dan Golden Red. Tidak semua farm bisa ekspor arowana keluar negeri.

Yg perlu kita koreksi adalah :
1. Apakah betul farm-farm yg ada sekarang sudah mengembalikan sebagian hasil ternaknya ke habitat asli? Dan kalau dikembalikan ke habitatnya siapa yg jaga'in?
2. Masih ada toko-toko ikan hias yg tidak mengantongi izin nekad jual Super red dan Golden red.
3. Masih saja ada orang-orang yg nekad menyelundupkan arowana.

Sayang kita udah ngga bisa lagi kasih komentar di Kompas Community. Padahal saya mau nanya ke si penulis, kapan terakhir dia makan kepiting, kerang, kerapu, lobster, tuna dan lain-lain. Tidakah sebaiknya mereka juga dibiarkan hidup di habitat aslinya? BUkankah manusia tidak boleh menyakiti mahluk hidup lainya

Thanks
Gaga
Gaga is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 03:15 PM   #84
azura (5280)
NAC 029
 
azura's Avatar
 
Join Date: Sep 2004
Location: KGP
Posts: 4,230
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Quote:
Originally Posted by jadoel View Post
Baaaah, kalo yg nulis masih makan daging, ikan, sapi, kambing, ayam etc. Gw bilang tulisannya munafiiiik, sok pencinta alaaam
Quote:
Originally Posted by dhlee View Post
bro jadoel: betul.. rada keki juga ama penulisnya nih, gemblung juga.. apakah dia nda pernah makan yg namanya ikan tongkol, baronang, gurame, teri?? apakah yg begitu juga pelestarian alam? untuk dimakan? coba ambil contoh lele dibuat pecel lele.. hewan air itu juga harusnya di habitat aslinya kenapa juga dimakan? hehe binggung juga ama penulis kompas tsb.
gw rasa utk menjadi pecinta dan pelestari lingkungan alam dll nya tidak harus menjadi vegetarian toh
kl dilihat dr awalnya memang bumi dan isinya diciptakan utk dikuasai oleh manusia ... cuma caranya saja yg salah
__________________

azura is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 04:55 PM   #85
dony (6081)
NAC 058
 
dony's Avatar
 
Join Date: Aug 2004
Posts: 4,345
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

sepenuhnya sependapat dengan bro gaga .. gue juga mau komen lagi tuh disana, tapi sayangnya udah ditutup ...

Itu juga yang gue pertanyakan pada komentar gue sebelumnya di forum tsb, apakah si penulis yakin dan memiliki data-data yang cukup untuk "memvonis" bahwa kelangkaan arowana "significantly" disebabkan oleh perburuan dan penangkapan habis-habisan guna kepentingan komersil.. rasanya kita masih bisa berdebat masalah argumen tersebut ..
mana lagi, kita tahu bahwa arowana memang terbilang ikan yang tidak mudah beternak, kalaupun berhasil beternak (kawin) hanya akan menghasilkan bibit yang tidak terlalu banyak.. akan jauh sekali dibandingkan dengan ikan mas, ikan mujair, dlsb..

Quote:
Originally Posted by Gaga View Post
Sepertinya penulis yakin banget kalau jarangnya Super Red RTG di Kalimantan dan Sumatera semata-mata disebabkan oleh perburuan indukan untuk kepentingan peternakan.

Bagaimana menurut dia dengan makin jarangnya ikan bilis di danau singkarak? Bagaimana dengan makin jarangnya ikan baung dan ikan garing di sungai batanghari? Bagaimana dengan makin jarangnya ikan pesut di mahakam? Apakah juga karena adanya perburuan indukan untuk kebutuhan penangkaran?

Menurut saya makin jarangnya Super Red dan RTG bukan semata-mata karena adanya perburuan indukan. Dari berbagai referensi yg ada kita bisa tahu bahwa dalam kurun waktu 15 tahun terakhir sudah tidak pernah lagi terlihat indukan dihabitat aslinya. Rusaknya habitat asli mereka justru jadi penyebab utama makin jarangnya populasi ikan ini. Kanan kiri sungai sudah jadi kampung, hulu sungai sudah jadi tambang minyak, emas dan batubara. Selain itu, berbeda dgn Lou Han yg sekali bertelur jumlahnya bisa ribuan, maka telur arowana jumlahnya hanya puluhan saja.

Karena kondisi-kondisi inilah, maka "perbanyakan" Super red dan RTG dipindahkan dari habitat aslinya ke penangkaran-penangkaran. TIdak sembarang farm ikan hias bisa dan boleh menangkarkan arowana, dibutuhkan izin khusus dari lembaga dalam dan luar negeri. Tiap kali mereka berhasil menetaskan arowana, sebagian anakan wajib dikembalikan ke habitatnya. Sedangkan sisanya dapat diuangkan untuk membiayai ongkos perternakan yg angka tidak kecil.

Sebetulnya tidak sembarangan toko ikan hias bisa menjual Super red dan Golden Red. Tidak semua farm bisa ekspor arowana keluar negeri.

Yg perlu kita koreksi adalah :
1. Apakah betul farm-farm yg ada sekarang sudah mengembalikan sebagian hasil ternaknya ke habitat asli? Dan kalau dikembalikan ke habitatnya siapa yg jaga'in?
2. Masih ada toko-toko ikan hias yg tidak mengantongi izin nekad jual Super red dan Golden red.
3. Masih saja ada orang-orang yg nekad menyelundupkan arowana.

Sayang kita udah ngga bisa lagi kasih komentar di Kompas Community. Padahal saya mau nanya ke si penulis, kapan terakhir dia makan kepiting, kerang, kerapu, lobster, tuna dan lain-lain. Tidakah sebaiknya mereka juga dibiarkan hidup di habitat aslinya? BUkankah manusia tidak boleh menyakiti mahluk hidup lainya

Thanks
Gaga
dony is offline   Reply With Quote
Old 03-14-2007, 05:59 PM   #86
arofanatics (13016)
NAC 041
 
arofanatics's Avatar
 
Join Date: Apr 2005
Location: city of angel's
Posts: 10,478
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

sepenuh setuju ama rekan....
mas egi ta sobek mulutmu...puas...puas...(gaya tukul arowana)
tp thanks klo bro egi merasa sebagai penyayang binatang...
pls deh comment disini ajah ... ta tunggu loh

rgds
arofanatics sejati....
__________________
May Aro Force be with U ....Pizz
arofanatics is offline   Reply With Quote
Old 03-15-2007, 08:06 AM   #87
amkri (2058)
NAC 115
 
amkri's Avatar
 
Join Date: Aug 2005
Location: East Jakarta
Posts: 1,277
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

menurut sy ini masalah serius buakn NAC karena mereka KOMPAS Cyber Media menghujat kita sebagai penyebab rusaknya lingkungan (scr tidak langsung)

coba cermati tulisan ini

Penangkaran atau praktek apapun yang mencerabut binatang dari alam liarnya apalagi semata untuk tujuan komersial, dikecam sebagai bentuk pemerkosaan terhadap binatang. Keritik tajam itu berdasarkan postulat bahwa binatang juga punya hak (untuk hidup di alam liar) dan manusia tidak boleh begitu saja merampas hak tersebut. Binatang liar yang dimasukkan dan dibesarkan di penangkaran atau dipelihara lalu jadi jinak akan kehilangan keaseliannya yaitu sifatnya yang liar.
Argumen lain yang mendasari kecaman itu ialah binatang bisa merasakan sakit dan stres. Manusia, berdasarkan tanggung jawab moralnya, tidak boleh menimbulkan penderitaan (rasa sakit dan stres) yang tidak perlu pada binatang.

Persoalan etika lingkungan itu terlintas di benak ketika beberapa waktu lalu saya mengikuti kegiatan orang-orang yang tergabung dalam komunitas pemelihara dan penangkar ikan arwana (scleropages formosus) di Jalan Gunung Sahari, daerah Jakarta Utara. Anggota komunitas ini memelihara dan menangkar arwana dalam akuarium dan kolam. Mereka tergabung dalam N1wan Arwana Club (NAC) dan punya media komunikasi berupa situs web N1wanred.com serta aneka kegiatan off line antara lain berupa arisan, kontes arwana dan diskusi serta seminar tentang teknik memelihara arwana.

kata saya dalam tulisan di atas jelas opini si penulis.......tulisan yang mengaitkan persoalan etika dengan NAC harus dijelaskan oleh KOMPAS Cyber Media.....ajakan tentang apa yang disebut Egidius sebagai pendekatan holistik gak ada dalam tulisan ini....yang ada Egidius men-judge NAC sebagai orang-orang yg gak etis.........sy sangat setuju tentang etika bg kehidupan hewan.....tapi harus diletakkan dlm konteks yg pas......jgn menunjuk kelompok tertentu yg sebetulnya dia tidak tahu apa yg dilakukan kelompok itu..........bagaimana mungkin cita-cita NAC untuk mempopulerkan Arwana di Indonesia agar lebih dikenal......dan jangka panjang bisa dpt perhatian pemerintah dg seenaknya disebut sebagai kelompok gak menaruh perhatian soal etika kebinatangan?

Aneh sekali Egidius ini...........
amkri is offline   Reply With Quote
Old 03-15-2007, 08:13 AM   #88
dhlee (6396)
NAC 125
 
Join Date: Oct 2006
Location: east taiwan
Posts: 5,179
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

sepertinya dengan penulisan yg dibalas oleh si egidius ini bersifat negatif. mencari sensasi dan mungkin ingin agar namanya dikenal dikalangan hobbist sebagai anti penangkaran arowana diindonesia. sudah dijelaskan bbrp kali oleh rekan2 di komuniti kompas tersebut tapi tetap aja bandel seakan mempersalahkan para penangkar arowana & hobbist diindonesia.
dhlee is offline   Reply With Quote
Old 03-15-2007, 08:27 AM   #89
rudinugraha (1532)
NAC 033
 
rudinugraha's Avatar
 
Join Date: Aug 2005
Location: Jakarta
Posts: 1,194
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Quote:
Originally Posted by rudinugraha View Post
Hah..!!

Betul Juga Bro Dhlee..., JADI ENAKNYA KITA APAIN NIH PENULIS...!!!
(Saya jadi ikutan nafsu nih....!!!)


__________________
Regards,
Rudi Nugraha
rudinugraha is offline   Reply With Quote
Old 03-15-2007, 11:34 AM   #90
HerOei (534)
NAC 137
 
HerOei's Avatar
 
Join Date: Apr 2006
Location: Serpong, Banten
Posts: 213
Default Re: Hoby Arwana di Kritik

Quote:
Originally Posted by rudinugraha View Post
Penulis ini mesti DILESTARIKAN DIHABITAT YANG TERBATAS, atau suruh ganti profesi jadi PENGACARA aja karena JAGO CARI ALIBI.
Yang cocok bisa juga jadi fotografer foto flora/fauna untuk konservasi alam, jadi dia bisa bicara secara pasif saja melalui hasil fotonya tentang arti konservasi karena kalau profesi penulis tulisannya malah bisa merusak KEHARMONISAN LAIN yang sudah terbentuk sejak lama. Sekedar ide...he...he...he...
HerOei is offline   Reply With Quote
Reply


Currently Active Users Viewing This Thread: 1 (0 members and 1 guests)
 
Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

vB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off
Forum Jump


All times are GMT +7. The time now is 05:27 AM.


Powered by vBulletin® Version 3.6.5
Copyright ©2000 - 2024, Jelsoft Enterprises Ltd.
N1wanRed.com
Red2Black Style By: Chefhost.com